MANUSIA MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL (IKD)
RINGKASAN MATERI ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)
"MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL"
1. Hakikat Manusia Sebagai
Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai
makhluk individu, karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi.
Kepentingan bersama didasarkan manusia sebagai makhuk sosial (kelompok) yang
ingin memenuhi kebutuhan bersama (Tumanggor, 2015). Menurut Notonagoro (1975) mengatakan
bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk social merupakan sifat kodrat dari
manusia. Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu
yang secara hakiki bersifat sosial.
1. Manusia
sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu ialah makhluk
yang tidak ada melakukan kontak ataupun interaksi apapun dengan masyarakat luas
baik secara verbal maupun non verbal.
Individu berasal dari bahasa latin Individuum yang artinya tak terbagi. Individu merupakan
sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi
atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir
dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara
rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan
satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau
kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi
juga aspek rohaninya (Herimanto, 2017).
Setiap manusia memiliki perbedaan.
Hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri. Setiap manusia
diciptakan oleh Tuhan dengan ciri dan karakteristik yang unik yang satu sama
lain berbeda. Setiap orang berbeda, bahkan orang yang dikatakan kembarpun pasti
memiliki perbedaan (Herimanto, 2017).
Menurut Herimanto (2017),
Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi
dalam waktu sekejap. Pertumbuhan
dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai hal tersebut
ada tiga pandangan, yaitu:
1)
Pandangan nativistik menyatakan bahwa
pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas dasar faktor dari dalam
individu sendiri, seperti bakat dan potensi. Misalnya jika ayahnya seniman maka
sang anak akan menjadi seniman pula.
2)
Pandangan empiristik
menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata didasarkan atas faktor
lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan pertumbuhan seseorang.
3)
Pandangan konvergensi
yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh faktor diri
individu dan lingkungan. Pandangan ini berupaya menggabungkan kedua pandangan
sebelumnya
Pandangan yang mengembangkan
pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka
adalah paham individualisme. Paham individualisme menekankan pada kekhususan,
martabat, hak, dan kebebasan orang per orang
2. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai
makhluk sosial ialah kebalikan dari manusia sebagai makhluk individu tadi yaitu
makhluk yang melakukan kontak
ataupun interaksi apapun dengan masyarakat luas baik secara verbal maupun non verbal.
Manusia sebagai individu ternyata
tidak mampu hidup sendiri, dalam
hal ini manusia sebagai
individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya. Aristoteles (384-322
SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia
adalah zoom politicon artinya bahwa
manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam
masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia
disebut makhluk social.
Adapun yang menyebabkan manusia
selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis
yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya :
1) Hasrat
untuk memenuhi keperluan makan dan minuman.
2) Hasrat
untuk membela diri.
3) Hasrat
untuk mengadakan keturunan
Manusia akan membutuhkan manusia
lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya. Kelompok
masyarakat pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang
pertama dan utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai
makhluk sosial. Manusia
akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi
kebutuhannya. Kelompok masyarakat pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan manusia yang pertama dan utama. Dalam keluarga itulah manusia
menemukan kodratnya sebagai makhluk sosial.
Paham yang mengembangkan pentingnya
aspek sosial kehidupan manusia adalah sosialisme. Sosialisme memberi nilai
lebih pada manusia sebagai makhluk sosial. Sosialisme merupakan reaksi atas
liberalisme yang dilahirkan oleh paham individualisme. Namun sosialisme dalam
bentuk ekstrem dapat berkembang ke arah komunisme. Dalam komunisme, hak milik
individu dihapuskan, diganti menjadi kepemilikan bersama. Komunisme
berpandangan bahwa semua orang mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya.
Walaupun begitu, baik sosialisme bertujuan sama, yaitu ingin membentuk
masyarakat sosialis.
Menurut Tumanggor (2015)
banyak faktor yang mendorong manusia secara individual membutuhkan
dirinya sebagai makhluk sosial sehingga terbentuk interaksi sosial antar
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor
personal yang memengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1. Tekanan
emosional.
Kondisi psikologis seseorang sangat
memengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang
bahagia, senang atau sebaliknya sedih, berduka dan seterusnya.
2. Harga
diri yang rendah.
Ketika kondisi seseorang berada
dalam kondisi yang direndahkan, amak ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk
berhubungan dengan orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan
dengan secara spontan ia membutuhkan kasi sayang dari pihak lain atau dukungan
moral untuk membentuk kondisi psikologis kembali seperti semula.
3. Isolasi
sosial.
Orang
yang merasa atau dengan sengaja terioslasi oleh komunitasnya atau pihak-pihak
tertentu, maka ia akan berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham
atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Dalam berinteraksi dengan sekitar,
ada hubungan secara vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan secara horizontal
(hubungan dengan sesama manusia, alam sekitar dan makhluk lainnya).
2. Fungsi Dan
Peran Manusia Sebagai
Makhluk
Individu dan Makhluk Sosial
1.
Peranan Manusia Sebagai
Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu berupaya
merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi
rohani. Manusia sebagai makhluk
individu berperan untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu
akan berusaha :
1) Menjaga
dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
2) Mengupayakan
terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.
3) Merealisasikan
segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.
4) Memenuhi
kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya
Menurut Afriani (2010), fungsi manusia sebagai makhluk individu. Manusia sebagai
individu memiliki tugas pada dirinya sendiri yaitu :
a. Menuntut
ilmu pengetahuan, merekayasa teknologi serta memanfaatkannnya untuk kemakmuran
dan kesejahteraan. Kesadaraan tersebut mendorongnya untuk terus belajar. Proses
belajar berarti proses perubahan sikap dan perilakuk dengan mendapatkan
pengalaman dan pelatihan.
b. Menghiasi
diri dan budi pekerti dengan baik serta akhlak yang terpuji, setiap tindakan
dan perbuatan dalam kehidupan masyarakat selalu bercermin pada keindahan dan
keelokkan budi pekerti. Maka akan tercipta kesejukan dalam kehidupan
bermasyarakat.
2.
Peranan Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Kebutuhan akan orang lain dan
interaksi sosial membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Berbagai tipe
kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk saling
berinteraksi. Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan
norma-norma pengaturannya. Terdapat norma-norma sosial sebagai patokan untuk
bertingkah laku bagi manusia di kelompoknya. Norma-norma tersebut ialah :
1) Norma
kesopanan adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada
lingkaran masyarakat yang bersangkutan.
2) Norma
kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani manusia
untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral bertujuan agar
manusia berbuat baik secara moral
3) Norma
hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (Negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum berisi perintah dan larangan.
Norma hukum dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berdifat
tertulis
4) Norma agama atau religi,
yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma
agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi umat beragama.
Norma agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
5) Norma adat, yaitu norma yang berasal dari sekelompok
masyarakat yang memiliki suatu ras, suku, adat yang sama.
Berdasarkan kekuatan berlakunya di
masyarakat, norma dibedakan menjadi empat macam, yaitu : Cara (usage), Kebiasaan (folkways), Tata kelakuan (mores), Adat istiadat (custom).
Keberadaannya
sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai
berikut :
1) Melakukan
interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
2) Membentuk
kelompok-kelompom sosial.
3) Mencipatakan
norma-norma soaial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.
Menurut Afriani (2010), fungsi manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk
sosial memiliki tugas pada dirinya yaitu
a. Saling
tolong menolong dan bantu membantu dalam kebijakan
b. Ikut
meringankan beban kesengsaraan orang lain
c. Menjaga
dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan dan masyarakat
d. Menghindari
perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga tercipta
ketergantungan yang saling menguntungkan.
3. Dinamika
Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan
sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu,
antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Ciri-ciri
sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut :
1. Pelakunya
lebih dari satu orang.
2. Adanya
komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk :
a. Kontak
individu dengan individu.
b. Kontak
individu dengan kelompok.
c. Kontak
kelompok dengan kelompok.
3. Mempunyai
maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut.
Bentuk dari dinamika interaksi sosial sebagai
berikut :
1)
Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya ialah penggabungan dua kebudayaan yang berbeda tetapi
tidak menghilangkan budaya aslinya dan dapat diterima oleh masyarakat luas.
Jika dirumuskan dapat berupa A + B = AB
Kajian akulturasi meliputi lima hal
pokok, demikian yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1997) :
a. Masalah
mengenai metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses
akulturasi dalam suatu masyarakat.
b. Masalah
mengenai unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dan yang sukar diterima
oleh masyarakat penerima.
c. Masalah
unsur kebudayaan mana saja yang mudah diganti dan diubah dan unsur kebudayaan
mana saja yang tidak mudah diganti dan diubah oleh unsur-unsur kebudayaan
asing.
d. Masalah
mengenai individu-individu apa yang mudah dan cepat menerima, dan
individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
e. Masalah
mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis sosial yang timbul akibat adanya
akulturasi.
2)
Asimilasi Budaya
Asimilasi budaya ialah hampir mirip dengan akulturasi yaitu penggabungan
2 budaya yang berbeda tetapi menghilangkan budaya aslinya sehingga memunculkan
budaya baru yang dapat diterima
Jika dirumuskan dapat berupa A + B = C
Proses asimilasi dapat terjadi jika
terjadi hal sebagai berikut :
a. Kelompok-kelompok
manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
b. Kelompok
manusia ini saling bergaul secara intensif dalam kurun waktu yang lama.
c. Pertemuan
budaya-budaya antarkelompok itu masing-masing berubah watak khasnya dan
unsur-unsur kebudayaan saling berubah sehingga memunculkan suatu watak
kebudayaan yang baru/campuran.
Faktor
penghambat adanya proses asimilasi budaya :
a. Kurangnya
pengetahuan terhadap unsur-unsur kebudayaan yang dihadapi (dapat) bersumber
dari pendatang ataupun penduduk asli.
b. Sifat
takut terhadap kebudayaan yang dihadapi.
c. Perasaan
ego dan superioritas yang ada pada individu-individu dari suatu kebudayaan
terhadap kelompok lain.
Faktor
yang memudahkan /penarik terjadinya asimilasi budaya :
a. Faktor
Toleransi
b. Faktor
Kemanfaatan Timbal Balik
c. Faktor
Simpati
d. Faktor
Perkawinan
3)
Inovasi (Pembaruan) Campuran Bermanfaat Bagi Proses Asimilasi
Proses pembaruan (inovasi) dapat
digolongkan dalam bentuk :
a. Discovery
Penemuan unsur-unsur kebudayaan
yang baru berupa gagasan individu ataupun kelompok.
b. Invention
Tindak lanjut inovasi berupa
pengakuan, penerimaan dan penerapan proses discovery
oleh masyarakat
Pemanfaatan hasil inovasi
bergantung :
a. Persepsi
masyarakat pendukung dalam kelompok, sebuah penemuan perlu mendapat dukungan
kelompok guna pengakuan sebagai kebutuhan dasar, jika tidak pastilah sangat
tidak memberikan hasil yang maksimal.
b. Mutu
serta ketahanan SDM, dalam setiap keanggotaan kelompok pasti terdapat individu
yang selalu merasa tidak puas dan merasa kekurangan sehingga secara sadar
individu ini melaksanakan aktivitas pengkajian, penelitian terhadap situasi
yang dihadapinya.
c. Sistem
perangsang, penghargaan, dan pengakuan, dapat berupa pengakuan ilmiah,
pemberian gelar, rangsangan materi dan fasilitas lainnya.
d. Harus
memberikan kemanfaatan bagi masa depan. Proses inovasi menimbulkan suatu
perubahan (evolusi)
Proses adopsi terjadi
karena disebabkan oleh lima tahap yaitu
Awareness (Kesadaran), Interest
(Menaruh Minat), Evaluation
(Penilaian), Trial (Percobaan), Adopsi (Penggunaan). Dan Proses penolakan terjadi dengan tahapan – tahapan
sebagia berikut Awareness
(Kesadaran), Indifference
(Acuh Tak Acuh), Denial (Penolakan), Trial (Percobaan), Rejection
(Penolakan).
4.
Dilema Kepentingan Individu dan Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial tidak
dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang,
pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan),
dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan
religiusitas, tidka mungkin terpenuhi tanpa bantuan ornag lain. Apalagi jika
orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada
saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan dari orang-orang
disekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai.
Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang
yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun
teman-teman biasanya akan datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka
orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial. Sarason (1983)
berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu sebagai
berikut :
1. Jumlah
sumber dukungan sosial yang tersedia maksudnya persepsi individu terhadap
sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan.
2. Tingkatan
kepuasan akan dukungan sosial yang diterima yitu berkaitan dengan persepsi
individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi.
Para
ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi kedalam berbagai komponen-komponen
yang berbeda. Menurut Weiss (Cutrona dkk, 1994: 371), mengemukan
komponen-komponen tersebut sebagai berikut :
1. Kerekatan
Emosional
2. Integrasi
Sosial
3. Adanya
Pengakuan
4. Ketergantungan
yang Dapat Diandalkan
5. Bimbingan
6. Kesempatan
Untuk Mengasuh
-SEMOGA BERMANFAAT DAN MOHAN MAAF JIKA ADA KESALAHAN-
Comments
Post a Comment